Unsur-Unsur Tata Bentuk Pada Desain Interior + Furniture Semarang ( Desain Interior )
UNSUR-UNSUR TATA BENTUK
Dapatkah selera diajarkan?
Kemampuan menilai mutu secara pasti merupakan dasar selera dalam merencana ruang tinggal. Kita memiliki ketentuan yang dapat dipelajari. Dengan ketentuan itu, kita dapat membedakan yang indah dari yang buruk, yang penuh citarasa dari yang kosong.
Pengertian akan daya cipta dan selera pribadi dapat dibangkitkan. Bandingkan kedua ruang yang tergambar pada gambar 1 dan 2. Ruang 1 lebih meyakinkan kita karena pengaturan yang lebih baik. Pembagian lebih jelas dan teratur. Tidak ada sebuah perabot yang berlebihan. Tak ada perabot yang mengganggu keleluasaan bergerak dalam ruang itu. Pemilihan dekorasi yang baik pada tirai dan permadani kelihatan seimbang dan menegaskan susunan bagian-bagian dalam ruang. Terdapat kesan adanya usaha untuk tidak mengganggu ketenangan. Lain sekali rasanya dengan contoh ruang pada gambar 2. Ruang itu penuh dengan perabot, yang menghalangi jalan ke jendela. Kursi tambun dengan dekorasi yang terlalu sarat justru menjadi sarang debu. Tirai, permadani dan bahan perabot membentuk dekorasi yang tak teratur. Ruang kesatu boleh disebut penuh selera, sedangkan ruang kedua diatur tanpa selera dan rasa. Pada ruang yang teratur susunan perabotan baik, harmonis, sesuai dan diatur dengan memperhatikan ilmu bentuk. Pada ruang kedua semua aturan itu tidak dihiraukan. Dengan selera yang baik, kebebasan dalam menampilkan selera pribadi masih leluasa.
Dari gambar almari-almari pada gambar 3,4,5,6,7,8,dapat dipelajari efek selera pribadi dan perbedaan perasaan. Masing-masing pribadi dapat memilih dari antara almari-almari itu. Yang satu menyukai bentuk almari yang terdiri dari beberapa bagian (rangka pintu dan panel) yang jelas (gambar 3). Ada yang condong memilih bentuk rata-datar yang terbuatdari bahan pilihan (gambar 4). Yang lain lagi menyukai pembagian yang halus (gambar 5). Wujud almari pada gambar 3,4 dan 5 kita nilai baik karena tersusun atas dasar suatu pemberian bentuk yang harmonis. Susunan bentuk, keseimbangan, perbandingan ukuran, bagian serta konstruksi yang baik tampak jelas pada semua almari itu. Bentuk contoh-contoh almari yang berikut memiliki beberapa kekurangan dalam hal selera dan keharmonisan. Pada almari 6 tidak ada keseimbangan optis. Bagian kiri almari itu terlalu berat rasanya oleh empat laci yang bersusun. Almari gambar 7 merupakan imitasi gaya yang kurang kena (gaya renaisanse). Bentuk dan fungsinya tidak seimbang. Pada gambar 8, pintu berbingkai kayu yang difinir melintang, menimbulkan rasa tidak teratur dan tidak sesuai dengan konstruksinya. Dalam pengembangan citarasa dan selera untuk merencanakan tempat tinggal dan untuk mendapatkan daya memilih bentuk yang baik, harus diperhatikan beberapa pokok.
Dikutip dari buku judul “Tata Ruang” PIKA – Semarang, halaman 19-21,
Penerbit( IKAPI Semarang / Kanisius ) Pengarang Fritz Wilkening